-Khalifah Umar bin Khaththab-
"Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain,
teteapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri,
untuk melampaui hari kemaren dengan hari ini, dan
untuk lebih giat dari hari sebelumnya."
(Stewart B.Johnson)
Ketika telah masuk waktu sholat, mahasiswa baru (Maba) itu segera mencari tempat sholat di area kampusnya. Namun ia tidak menemui masjid di sana. Ia berfikir mungkin dirinya yang belum tau dimana tempatnya, karna masih baru. Maka bertanyalah ia kepada seniornya. Dan ditunjukanlah sebuah ruangan, bukan ruangan untuk kuliah bukan juga masjid atau tempat sholat yang biasa ia lihat di luar sana. Namun ini sebuah ruangan kecil yang berada di ruang bawah tanah.
Dengan heran ia pun ke tempat itu. Ke sebuah ruangan kecil dan pengap yang berada di bawah tanah yang di jadikan tempat sholat. Dan betapa kagetnya ia ketika mengetahui tempatnya yang begitu kumuh dan berantakan. Tikar yang di gunakan untuka alas sholat pun telah usang. Namun di tempat itu ia berjumpa dengan pekerja kampus. Ia pun bertanya, "Apakah anda akan sholat di tempat ini?"
Pekerja itu pun menjawab, "Ia, karna tidak ada tempat selain di sini." Maba itu berkata, "Saya tidak mau sholat di bawah tanah." Kemudian ia pergi dan naik ke atas, di sana ia mencari tempat yang luas dan layak untuk mengerjakan sholat. Setelah mendapatkannya, ia pun melakukan tindakan yang menurut mahasiswa lain 'aneh', ia adzan dengan suara keras di tengah tempat terbuka. Sontak tindakan itu membuat se isi ruangan itu menertawakannya. Setelah adzan selsai, ia pun duduk sebentar kemudian melakukan iqomat dan sholat di tengah tempat terbuka. Para mahsiswa menertawakan dan mencemoohnya, namun ia tetap khusuk dalam sholatnya.
Bahkan pada hari-hari selanjutnya ia selalu melakukan hal itu di tempat yang sama. tidak sedikit dari mahasiswa yang menganggap ia 'gila'. Namun, dari keberanian Maba itulah, si pekerja yang biasa sholat di bawah tanah mulai mempunyai keberanian untuk sholat di tempat terbuka dan menjadi ma'mumnya. Kian hari jama'ahnya semakin banyak, bahkan ada salah satu dosen yang kemudian ikut sholat bersama Maba itu di tempat terbuka.
Dari mulut ke mulut berita tentang Maba 'gila' tersebut segera menyebar di kalangan kampus. Dan menjadi bahan pembicaraan dan gosip yang paling hot saat itu. Pada akhirnya, rektor kampus pun memanggil Maba gila itu dan berkata kepadanya, "Kondisi ini tidak boleh berlanjut, kalian sholat di tengah tempat perkuliahan. Nanti akan kami bangun masjid untuk kalian gunakan di waktu sholat."
Peristiwa itu tidak berhenti di situ. Karna peristiwa itu berhasi menyentuhl semangat dan sentimen ke islaman mahasiswa, akhirnya tiap-tiap fakultas di kampus tersebut di bangunlah sebuah masjid.
Kisah yang terjadi pada tahun 1930-an di Mesir tersebut benar-benar membuat saya sadar. Bahwa di manapun tempatnya, dalam kondisi apapun kita, teteap haus menegakkan kebenaran. Kisah berharga ini saya dapatkan dari buku yang saya beli di semarang, karangan Sirot fajar.
Mungkin itulah yang di namakan Identity Foresclosure. Dimana seorang sudah menemukan konsep diri (Self Concept) yang baik untu dirinya dan orang lain. Dengan konsep diri yang dimiliki Maba itu, ia tetap bisa menjalankan apa yang di yakininya. Sehingga semua tertawaan dan cemooh orang-orang yang melihatnya tidak menyurutkan langkahnya. Ia tetap kokoh dengan pendiriannya. Karena ia telah memiliki konsep diri yang baik.
Semoga kisah di atas bisa memberikan inspirasi buat kita untuk mencari
konsep diri yang baik.
"pemuda yang hebat adalah pemuda yang dapat mencari perubahan utuk dirinya dan orang lain."